- Get link
- Other Apps
- Get link
- Other Apps
Masih dalam suasana Tahun Baru Imlek, pada post sebelumnya kita berbicara tentang 5 kawasan di Indonesia yang kental dengan nuansa Tionghoa, dan salah satunya adalah Glodok & Petak Sembilan, Jakarta. Ternyata di kawasan ini ada bangunan yang sangat unik dan sangat sayang jika tidak kalian kunjungi.
Sekilas jika kita melihat bangunan ini, yang terpikir adalah rumah tua yang dimiliki orang Tionghoa, atau bahkan jangan-jangan ini adalah klenteng. Jika kita tidak melihat salib di atapnya, kita tidak akan menyangka bahwa ternyata ini adalah gereja yang rutin dipakai oleh umat Katolik setempat untuk beribadah.
Nama resmi gereja ini adalah Gereja Katolik Santa Maria de Fatima. Namun, gereja ini juga dikenal dengan nama "Gereja Toasebio", karena berdekatan dengan Wihara Toasebio. Gereja ini terletak di Chinatown-nya Jakarta, tepatnya di Glodok, tidak jauh dari Petak Sembilan. Sebagai wilayah yang dominan etnis Tionghoa, maka tidak heran umat Katolik di tempat ini juga membangun tempat ibadah yang berciri khas suku bangsanya sendiri.
Dikutip dari website resmi gereja ini (http://santamariadefatima.or.id/), gedung gereja ini awalnya adalah rumah milik keluarga kapitan Tionghoa bermarga Tjioe. Kemudian rumah beserta tanahnya ini resmi menjadi milik Gereja Katolik pada tahun 1954, dan sejak saat itulah umat Katolik beribadah di tempat ini.
Dari luarnya saja kita sudah bisa merasakan arsitektur Tionghoa yang khas. Begitu kita masuk ke dalamnya, kita masih bisa melihat pernak pernik budaya Tionghoa menghiasi interior gereja, termasuk bagian altarnya. Warna merah, warna yang dianggap sebagai warna kebahagiaan bagi etnis Tionghoa, sangat mendominasi. Altar dikelilingi oleh pilar-pilar kayu yang dihubungkan dengan motif ukiran khas Tionghoa. Sementara di samping kanan altar ada patung Bunda Maria yang dibawa langsung dari Italia.
Ciri khas Tionghoa bukan hanya terlihat dari bangunan gereja, tetapi pada umatnya. Mayoritas umat Katolik di gereja ini berasal dari etnis Tionghoa, dan mereka juga merayakan misa dalam bahasa Mandarin setiap Minggu sore.
Keunikan dan sejarah panjang gereja ini menjadikannya salah satu dari cagar budaya nasional yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1972, dan juga cagar budaya DKI Jakarta pada tahun 1993.
Cara menuju Gereja Toasebio:
Gereja ini berlokasi di Jalan Kemenangan III, tepat di sebelah Sekolah Ricci dan berdekatan dengan Vihara Toasebio, Klenteng Fat Cu Kong dan Klenteng Jin De Yuan (Kim Tek Ie).
dengan Trans Jakarta:
1. Naik bus Trans Jakarta rute 1 (Blok M - Kota), 1A (Balai Kota - PIK), 4M (Pulogadung - Kota), 9B (Pinang Ranti - Kota), turun di halte Glodok.
2. Dari halte Glodok kalian bisa berjalan kaki melalui Jalan Kemurnian I sampai ke Vihara Dharma Bakti, lalu belok kiri sampai Klenteng Jin De Yuan (Kim Tek Ie) kemudian belok kanan memutar sampai menemui gereja ini. Jarak dari halte Glodok ke gereja ini sekitar 600 m.
dengan KRL:
1. Naik KRL rute Bekasi - Jakarta Kota dan Bogor/Depok - Jakarta Kota, turun di Stasiun Kota.
2. Dari Stasiun Kota kalian bisa berjalan kaki ke Pasar Asemka, setelah menyeberangi sungai kalian belok kiri dan jalan tetap di pinggir sungai (Jalan Pintu Air Kecil & Jalan Toko Tiga) sampai menemui Jalan Kemenangan III, kalian belok kiri dan tetap di Jalan Kemenangan III sampai menemui gereja ini. Jarak dari Stasiun Kota ke gereja ini sekitar 1,2 km. Jika tidak kuat jalan kaki, kalian bisa naik ojek online.
dengan MRT:
Naik MRT Lebak Bulus - Bundaran HI, turun di Bundaran HI lalu dilanjutkan dengan Trans Jakarta dari halte Bundaran HI ke halte Glodok dengan bus no. 1 atau 9B, silakan baca bagian "dengan Trans Jakarta" di atas.
Comments
Post a Comment